Sunday, December 4, 2011

Membangun Mindset Wirausaha 1

http://rohadientrepreneurship.blogspot.com/2011/02/membangun-mindset-wirausaha.html

Mencoba menemukan pengertian dasar dari sebuah kata ‘wirausaha’ ibarat menterjemahkan kata ‘kesejahteraan’ dalam makna yang tepat. Wirausaha layaknya sebuah koridor yang menuntun kita ke satu titik baik dari sisi kehidupan. Meski menapak setiap langkah di koridor itu tak semudah (hanya) mengayunkan kedua kaki kita saja. Kita butuh keyakinan dan keteguhan hati yang besar.

Dunia usaha merupakan sebuah ranah yang rentan akan resiko dan masalah praktis. Kekuatan usaha, manajemen, kepemimpinan, kebutuhan akan ide-ide teknis pengembangan, terakumulasi menjadi semacam kompleksitas persoalan dalam merealisasikannya. Memiliki ide yang brilian sekalipun belum tentu menjadi jaminan bahwa kita bisa menghadirkannya menjadi satu ladang usaha riil. Belum persoalan modal yang entah terlihat begitu mudah namun sulit dalam pengadaannya. Banyaknya progam-program pemerintah yang menawarkan peluang kepada kita selaku calon pelaku usaha dalam hal permodalan, pun belum bisa menarik perhatian dan mendongkrak angka pelaku usaha secara signifikan.

Berwirausaha bukanlah sesuatu yang instan. Pengalaman akan iklim yang sering kita rasakan menjadi poin penting dalam tiap langkah pelaksanaannya. Lembaga-lembaga kewirausahaan, materi, teori dan hal-hal lain di dalamnya tidak akan mampu menciptakan pengusaha yang handal. Sosok pelaku bisnis yang tangguh bukanlah lahir dari sesuatu yang biasa-biasa saja, namun lebih dari luar biasa. Jadi, berhentilah berfikir menggarap suatu sistem percepatan atau studi cepat dalam membentuk karakter wirausaha. Ketangguhan seseorang pelaku wirausaha bukanlah di ukur dari seberapa cepat , tetapi seberapa jauh dia melangkah. Artinya ada proses dalam pengadaannya, ada waktu yang sejatinya kita isi dengan penanaman nilai wirausaha secara intens dan berkelanjutan sejak dini.

Sebenarnya sudah banyak sekali pelatihan, seminar hingga lembaga-lembaga terkait yang mengangkat isu wirausaha sebagai sajian utamanya. Tak ayal pesertanya pun selalu banyak, ini mengindikasikan bahwa semangat membangun negeri ini melalui wirausaha mulai tren di tengah masyarakat. Persoalan sosial yang tak berujung kata solusi, secara tidak langsung memaksa kita untuk senantiasa berbenah diri menuju arah yang lebih baik. Namun yang menjadi persoalan kemudian adalah bagaimana sikap dan langkah kita mewujudkan semua itu menjadi satu paket kesuksesan. Kuncinya adalah pemahaman dasar kita terhadap simbol kewirausahaan itu sendiri. Bagaimana kemudian kita memaknai wirausaha sebagai satu profesi yang berperan penting dalam membangun negeri ini. Bagaimana membangun mindset wirausaha sebagai sebuah profesi elegan. Selanjutnya menanamkan kesemua pemahamanan itu kepada kader-kader negeri ini sejak dini.

Pengalaman merupakan guru paling berharga dalam setiap aspek kehidupan kita. Pengalaman mengajarkan kita segala hal tentang persoalan yang kelak akan sering kita hadapi. Suasana-suasana yang sarat akan masalah beserta pemecahannya akan membentuk pribadi tangguh di dalam diri kita. Pribadi yang kebal akan kegagalan dan syukur atas pencapaian. Kita harus terbiasa dengan suasana yang sering membuat kita tidak nyaman, suasana yang menuntut kemandirian, suasana yang memaksa kita untuk selalu berusaha memenuhi kebutuhan kita sendiri. Caranya adalah membangun lingkungan itu sendiri dengan melibatkan semua komponen masyarakat. Mulai dari keluarga hingga sosial masyarakat.

Selama belasan tahun, dalam sejarah karir kependidikan yang saya jalani, saya nyaris tidak menemukan sekalipun kesemua hal itu. Artinya bahwa pendidikan formal melalui tujuan nasionalnya, tidak bisa kita jadikan motor penggerak tunggal bagi kita untuk mencapai pribadi wirausaha. Hal ini didukung dengan betapa sulitnya pengadaan materi pengayaan yang tepat bagi peserta didik terkait masalah wirausaha. Pendidikan nasional masih menyiratkan sistem feodal yang mengarahkan kita sebagai output pekerja. Inilah pemahaman yang terbangun dalam benak kita sekilan lamanya. Membelenggu dan mencengkeram proses kreatif kita.

Belajar dari anak jalanan

Mari kita memikirkan sejenak akar masalah banyaknya anak jalanan yang menjajalkan makanan maupun jasa kecil-kecilan. Betapa tekun dan teguhnya mereka menawarkan setiap produk atau jasa kepada orang yang mereka temui disudut-sudut jalan. Mereka tangguh, mandiri dan pantang menyerah. Berjibaku dengan kerasnya kehidupan. Mereka pribadi bisnis, mereka kalangan produktif, bukan konsumtif. Mereka membangun mindset mereka sendiri untuk senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan mereka. Sederhananya, lingkungan yang mengkader mereka menjadi seperti itu. Orang tua, kerabat dan teman-teman di sekitarnya berkolaborasi menghadirkan iklim yang menuntut mereka seperti itu.

Kondisi yang memaksa secara tidak langsung anak-anak jalanan tadi, harusnya kita terapkan di lingkungan keluarga dan sosial kita masing-masing. Keadaan-keadaan yang cenderung sulit akan mengasah kepekaan kita untuk senantiasa bertahan menyelesaikan persoalan.

Mindset wirausaha bukanlah sesuatu yang dapat kita temui di bangku-bangku sekolah. Bukan pula sesuatu yang seketika dapat kita petik dari langit. Namun hal itu adalah sesuatu yang membumi dimana kita harus menemukannya dalam setiap lini kehidupan ini.

Lingkungan sangat menentukan seberapa tangguhnya diri seseorang. Lingkungan yang menuntut kita untuk berfikir dan berusaha secara optimal. Pengadaan lingkungan yang berbasis wirausaha, akan membentuk bukan hanya mindset namun pembentukan pribadi bisnis. Sisa bagaimana kita memolesnya menjadi satu sistem pengkaderan wirausaha yang proporsional. Arah, tujuan dan hasil yang ingin di capai harus disinergikan dengan cita-cita. Sehingga kita tidak kehilangan salah satu orientasi seseorang, baik dari sisi akademis maupun sosialis.

Selain penanaman nilai dan makna wirausaha sejak dini, kita juga harus menggambarkan figur-figur sukses di bidang wirausaha, baik dalam metode secara langsung maupun tidak langsung kepada calon pelaku usaha. Idealnya, kita mengadakan pertemuan maupun seminar tokoh wirausaha secara intens dan berkesinambungan. Tujuannya dengan begitu kita akan mendapatkan gambaran dan motivasi langsung dari sang pengusaha. Lebih lanjut, jika lebih memungkinkan lagi kita harus senantiasa membaca biografi tokoh-tokoh pengusaha dengan beragam latar belakang. Dengan mempelajari hal itu semua, kita akan memotivasi diri kita masing-masing untuk selalu optimis melihat setiap peluang dan tak melulu pesimis jika ada kendala atau hambatan.

Pada akhirnya penanaman nilai dan pengadaan lingkungan berbasis wirausaha sejak dini, harusnya melibatkan semua aspek kehidupan. Baik keluarga, masyarakat sosial dan pemerintah khususnya. Selain itu para pengusaha-pengusaha sukses pun harusnya turut andil dalam membentuk mindset dan karakter wirausaha. Mereka harusnya lebih peka terhadap setiap inisiatif dari pihak manapun yang mempunyai itikad baik untuk memulai setiap usaha. Harus ada motivasi langsung kepada calon pelaku usaha untuk menambah pundi-pundi optimisme mereka dalam membangun dunia usaha meraka sendiri. Dengan adanya kedua hal yang kemudian saya sebut sebagai pengaruh internal dan eksternal dalam membentuk mindset berwirausaha tadi, maka kedepan kita akan mampu membangun usaha kita sendiri.

No comments:

Post a Comment