Saturday, October 26, 2013

JANGAN BOROS

Oleh Syarifah Rahmatillah,  Direktur Eksekutif Mitra Sejati Perempuan Indonesia (MiSPI).
BOROS adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan dalam menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi kesenangan saja. Boros juga dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan, ucapan atau tingkah laku manusia yang melebihi batas kewajaran atau keperluan. Kebiasaan boros bisa membutakan seseorang terhadap orang lain yang membutuhkan di sekitarnya, sulit membedakan antara yang halal dan yang haram, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Islam menganjurkan atau memerintahkan umatnya untuk bersikap atau mempunyai sifat yang sederhana, karena harta yang mereka pergunakan akan diminta pertanggungjawaban pada hari perhitungan. Islam melarang umatnya untuk menghambur-hamburkan harta dan melarang keras tindakan boros atau mubazir, sebagaimana firman Allah Swt: “Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Dalam kaitannya dengan ibadah di bulan suci Ramadhan yang sedang kita jalani ini, alangkah baik dan bijaksananya jika kita memiliki kemampuan lebih dari segi harta, dibelanjakan pada jalan Allah. Hal ini bisa dilakukan dengan mengeluarkan infak dan sedekah guna membantu orang lain yang memang sangat membutuhkannya. Banyak cara lainnya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan nilai Ramadhan dan membentuk diri menjadi hamba Allah yang bersyukur.
Mengeluarkan infak dan zakat dengan teratur serta menjauhi sifat mubazir dalam berbelanja, makan-minum, dan lain-lain di dalam bulan Ramadhan ini. Perilaku mubazir mengurangi amalan sedekah. Padahal, amalan sedekah akan mendapat ganjaran pahala yang besar dari sisi Allah Azza wa Jalla. Sedekah dan peduli sesama akan membuka berpuluh-puluh pintu kebaikan dan rezeki.
Hindari berlebih-lebihan dalam hal menyediakan makanan berbuka maupun sahur. Perbuatan berlebihan akan membuat ahli keluarga sibuk. Mereka akan kehilangan peluang di bulan Ramadhan untuk memperbanyak tilawah Al Quran. Tentulah pula masa keemasan Ramadhan akan hilang lenyap tanpa bekas dalam jiwa dan pembinaan karakter dengan shaum Ramadhan.
Menjelang akhir Ramadhan, Rasulullah saw beserta para sahabat, juga generasi terbaik umat Islam selanjutnya, justru mengetatkan “ikat pinggang” untuk beribadah kepada Allah Swt. Mereka benar-benar tak ingin melewatkan satu malam pun tanpa ibadah, shalat Lail, Tartil Qur’an, zikir maupun istighfar kepada-Nya. Bukan dengan melakukan pemborosan atau sifat-sifat mubazir lainnya.
Perilaku boros dan mubazir dalam berbelanja guna menyambut lebaran, bukanlah esensi dan prinsip ajaran Islam. Apalagi jika dikaitkan dengan syariat puasa Ramadhan. Boros dan mubazir adalah pelanggaran prinsip dan ajaran Islam. Mubazir sangat dilarang sampai Allah menganggapnya sebagai saudara syaitan, sebagaimana firmanNya: “Sesungguhnya orang yang mubazir itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu sangat inkar kepada Tuhan.” (QS al-Isra’: 27).
Bulan Ramadhan juga memiliki dimensi sosial yang tinggi dengan beragam syariat di dalamnya. Menahan lapar dan haus adalah satu tarbiyah puasa agar seorang Muslim dapat merasakan lapar dan dahaga yang dirasakan kaum fakir miskin. Di sini, umat Islam diminta kepekaan dan sensitifitasnya terhadap penderitaan orang lain. Dari kepekaan ini akan memunculkan sikap peduli untuk membantu dan menolong sesamanya.
Islam tidak melarang umatnya berbelanja, tetapi mengajarkan umatnya tata cara berbelanja yang benar, secara sederhana. Ketika berbelanja menyambut lebaran, misalnya, kita juga seharusnya memikirkan nasib saudara seagama, yang menyambut lebaran dalam keadaan serba kekurangan. Alangkah indahnya jika kelebihan harta yang akan digunakan untuk berbelanja yang tidak perlu itu, diarahkan ke zakat, infak dan sedekah.
Ajaran zakat, infak dan sedekah memupuk semangat kepedulian dalam berbagi harta benda pada orang lain. Hal ini dimunculkan agar umat Islam tidak terlalu mencintai harta benda, juga sebagai penegasan bahwa di dalam harta yang dimilikinya itu, masih ada hak orang tak punya yang harus dipenuhi. Alangkah indahnya ajaran dan prinsip Islam yang terkombinasi dalam satu bulan yang disebut Ramadhan ini.
Kita mestinya sadar bahwa Ramadhan yang telah kita lalui telah mendidik kita agar selalu hemat dalam berbelanja. Hasil tarbiyah yang kita terima di bulan Ramadhan ini, kita manfaatkan untuk mengarungi kehidupan dalam sebelas bulan yang akan datang. Selamat menjalankan ibadah puasa, dan selamat menggapai cinta kasih Allah

No comments:

Post a Comment