Sunday, March 20, 2011

MAHASISWA ADALAH KESEMPATANKU ADING!!!!

Edukasi

Jadikan Teman | Kirim Pesan

Abdus Salam Mubarok Mubarok

Seorang mahasiswa yang mencari tentang makna hidup ini

Mahasiswa adalah Sebuah Kesempatan

OPINI | 22 February 2010 | 14:10 1499 5 Nihil

Berbahagialah kawan, kita-kita yang Mahasiswa karena banyak diluar sana tidak bisa bahkan bermimpi saja tidak dapat untuk menjadi Mahasiswa, mungkin sedikit lebay tapi ini yang ingin saya sampaikan sedikit bahwa menjadi Mahasiswa adalah sebuah kesempatan maka manfaatkanlah kesempatan ini dengan baik karena tidak akan dapat kita ulang kembali masa dimana kita masih bisa merasakan bangku kuliah, mengerjakan tugas, laporan, tugas praktikum, kuliah lapang dan semacamnya.

Jangan mengeluh, jangan patah arang, dan jangan mudah menyerah. Yakinkan pada diri kita bahwa dengan menjadi Mahasiswa bisa mendapat penghidupan yang lebih baik agar bisa menghidupi orang lain.

Ironis sekali ketika melihat Mahasiswa yang tidak memanfaatkan kesempatan ini (semoga kita tidak termasuk didalamnya) yang hanya leha-leha ndak karuan, tak perlu lah disebutkan satu-persatu rutinitasnya, yang jelas hanya have fun doank. Memang Mahasiswa tipe begitu adalah yang tipe beruang maksudnya berduit, tapi kembali lagi ke dianya, kebanyakan duit yang mereka punya plus fasilitas yang ada semua dari bonyok (bokap-nyokap = Ayah-Ibu) dan mereka tidak lah sadar bahwa seandainya itu semua habis atau ada suatu hal yang menyebabkan semua harta keluarganya ludez, apa yang akan mereka harapkan? Jika semuanya sudah tidak ada hanya penyesalan pada akhirnya.

Pernahkah berpikir demikian?

Boleh jadi Orang tua kita kaya dan status kita menjadi anak orang kaya, tapi itu semua milik dan perjuangan orang tua kita bukan kita yang mendapatkannya, bukan kita yang merasakan bagaimana sulitnya, susahnya mendapatkan uang hingga masuk dalam kategori kaya. Pernahkan terpikirkan??

Bila melihat itu semua tidaklah 100 % disalahkan Mahasiswa tipe seperti itu, bisa jadi masalah pergaulan, kebiasaan dalam keluarga, atau lainnya. Ya…. buat saya pribadi yang merupakan Mahasiswa pas-pasan (pas ndak punya uang y… pinjem, pas ndak kuat beli buku y… foto copy ha..ha..ha…) harus bisa tabah dan tetap semangat walau apa pun yang terjadi harus tetap semangat kuliah karena MAHASISWA adalah SEBUAH KESEMPATAN bagi Saya.

Seperti apa yang selalu Orang tua saya tanamkan pada diri Saya bahwasannya “Uang itu bisa dicari tinggal bagaimana kamu bersemangat atau tidak dalam berkuliah, walau hidup serba pas-pasan bila tetap semangat Insya Allah masih ada jalan”. Itu nasihat Ibu saat Saya utarakan mengenai mahalnya biaya pendidikan dan juga sebagai motivasi saya walau harus saya jalani dengan keadaan yang tidak MEWAH.

Jangan lupa kunjungi juga blogku kawan>> Muba Rock blog


Share 11
<p>Your browser does not support iframes.</p>
KOMENTAR BERDASARKAN :
  • 22 February 2010 15:06:04

    Memang tidak sedikit mahasiswa yang bergaya hidup berlebihan lantaran memang basic keluarganya berduit. Namun menurut saya menilai seseorang hanya dari gaya hidup saja tidak bisa dijadikan patokan. Banyak mahasiswa yang gaya hidupnya bisa dikatakan hedon, tapi sosialisasinya dengan orang lain (misal di organisasi) bagus, dan toleransi terhadap teman-teman di kampus juga besar. salam

    Suka
  • 2 March 2010 11:55:17

    iya bener tuh Mbak

    Suka
  • 23 February 2010 10:24:43

    “mahasiswa” kosa kata yang begitu sarat makna yang bernilai tinggi, itu terjadi pada masa tahun 90′an kebawah. memang kenapa dengan mahasiswa sekarang? tengoklah berita di TV, kalau tidak mabok-mabokan, berkelahi dengan yang berbeda kampus bahkan dengan teman satu kampus sampai menghancurkan sarana dan prasarana perkuliahan, itukah yang disebut mahasiswa sekarang ini?
    Memang masih ada mahasiswa yang masih melaju di relnya tapi mereka seakan tertimbu oleh longsoran moral dan etika mahasiswa yang ada di televisi-televisi.
    sungguh ironis dengan kondidis yang semestinya kita beelajar keras untuk menarik gerbong RI ini menuju persainagn global yang tentunya penuh dengan tantangan dan rintangan untuk menuju stasiun yang namanya negara maju. Salah siapa?
    tak perlu ada yang disalahkan………, mari kita berjalan bersama diawali dari diri kita masing-masing

    Suka
  • 2 March 2010 11:55:54

    Oke kawan mari dari diri sendiri dahulu, thanks

    Suka
  • 23 November 2010 15:04:58

    saya sangat sepakat bahwa menjadi mahasiswa adalah kesempatan dan memiliki harapan yang tiada tara..ibarat kendaraan umum (pete-pete bahasa yang ada di makassar)…dosen (civitas akademika) adalah supirnya dan mahasiswa adalah mobilnya….kita memiliki harapan yang tiada tara tp semua itu di tentukan oleh akademik contoh kecilnya soal pemberian nilai IP yang mengelolah semua itu adalah akademik jadi orang yang dekat dengan akademik itu lah yang nilainya sangat memuaskan..hehehehehehehehehehehhehehehehe dan itu yang terjadi di kalangan kampus2…dosen mengajarkan kita untuk profesional dangkan mereka saja tidak profesional…hehehehehehehehhehehehe saran buat teman2 mahasiswa jangan jadi budak2 or penjilat akademik..dan perlu di pahami kawan mahasiswa bukan kerbau dan dosen bukan dewa…wahahahahahahahahhahahah




  • Acara Konfercab PMII Kukar ke-14 di Pendopo Odah Etam

    Mahasiswa adalah Agen Perubahan


    Dikirim Jumat, 26 Juni 2009 Oleh Ery | Pemuda & Olahraga Penjabat Bupati Kukar H Sjachruddin MS saat menghadiri dialog publik konferensi cabang (Konfercab) ke XIII pengurus cabang pergerakan mahasiswa islam Indonesia, berlangsung di Pendopo Odah Etam Tenggarong.
    Penjabat Bupati Kukar H Sjachruddin MS saat menghadiri dialog publik konferensi cabang (Konfercab) ke XIII pengurus cabang pergerakan mahasiswa islam Indonesia, berlangsung di Pendopo Odah Etam Tenggarong.

    TENGGARONG – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Kutai Kartanegata Kamis (25/6) kemarin melaksanakan Dialog Publik dan Konferensi Cabang (Konfercab) ke XIII. Acara tersebut dihadiri Penjabat (Pj) Bupati Kukar H Sjachruddin MS, Kepala Dinas/Instansi, tokoh pemuda dan mahasiswa serta segenap kepengurusan PMII yang berlangsung di Pendopo Odah Etam Tenggarong. Pj Bupati Kukar H Sjachruddin dalam saambutannya mengatakan bahwa peran pemuda maupun mahasiswa dalam proses pembaharuan dan kematangan perjalanan bangsa tidak dapat diragukan lagi, baik dari sisi peran serta dalam pengemangan ilmu pengetahuan da teknologi.

    Selain itu juga sebagai penyeimbang dalam proses pembangunan nasional maupun daerah, melaui intelektualitas dan netralitasnya mahasiswa mampu menyuarakan idealitasnya mahasiswa mampu menyuarakan idealismenya secara tepat, cermat dan santun yang tetap berpijak pada kepentingan masyarakat secara umum. “Image mahasiswa sebagai agen perubahan harus dapat dijaga melalui upaya-upaya pengembangan kemampuan dan kapasitas diri dalam menyongsong pergerakan arus globalisasi serta kesiapan dalam menghadapi dinmika social politik masyarakat terutama dalam konteks
    kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Sjachruddin kemarin.

    Dikatakan Sjahruddin dalam inplementasinya intelektualitas tidak akan memberikan dampak dan manfaat yang optimal tanpa diiringi dengan akhlak yang baik, subtansi dari ajaran islam pada prinsifnya adalah bagaimana kita dapat menampatkan diri secara tetap sesuai dengan fitrah yang diberikan oleh Allah SWT. “Organisasi yang mengusung syiar keagamaan seperti ini tentunya mampu mencetak kader-kader berilmu dan berahlak mulia, dan mampu memberikan ketauladanan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga pengalaman ilmu pengetahuan yang dimiliki tidak lepas dari pengalaman ajaran islam,
    tentunya dengan tidak melupakan keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,” ujarnya.

    Melalui kader-kader potensial yang ada di PMII Kukar saya menaruh harapan, agar pengurus organisasi ini mampu menciptakan iklim dan budaya kebersamaan yang mengakar disegenap kadernya, agar budaya demokrasi yang sehat dapat terselenggara dengan bik. Demikian harapnya. (hmp15)

    ahahahahaha



Mahasiswa, Antara Kuliah dan Kampung Halaman

Senin, 14 Maret 2011 - 11:10 wib

Image: corbis.com

Image: corbis.com

SAAT kita mendengar kata mahasiswa, hal yang pertama muncul dalam benak kita adalah seorang akademis, atau lebih sederhana orang yang berkecimpung dengan kegiatan belajar di bangku perkuliahan. Jika kita menengok dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa berarti orang yang belajar di perguruan tinggi. Jika kita bertolak pada pengertian ini maka tampak nyatalah bahwa seorang mahasiswa adalah manusia yang masa hidupnya tidak jauh dari dunia perkuliahan. Mungkin lebih dari itu mahasiswa adalah orang yang sibuk berkutat dengan dunia kampus.

Jika kita mencoba menilik kepada realitas yang ada di negeri kita, kita akan mendapati bahwa mahasiswa tidaklah hanya manusia yang sibuk dalam dunia perkuliahan. Mahasiswa di Indonesia juga berperan sebagai salah satu kontrol sosial yang sangat efektif dalam menyikapi kebijakan pemerintah. Kita tengok saja bagaimana lengsernya dua presiden ini lengser, hal itu tidak bisa lepas dari peran mahasiswa yang sangat besar. Di sini kita dapat melihat bahwa mahasiswa tidak hanya menjadi stok pekerja yang disiapkan, dididik di kampus-kampus, namun lebih dari itu mahasiswa adalah salah satu motor penggerak dinamika berbangsa dan bernegara.

Dari fakta di atas kita bisa membentuk sebuah hipotesis bahwa mahasiswa di Indonesia memiliki andil besar dalam perjalanan bangsa. Mahasiswa di negeri ini tidaklah perlu menunggu hingga mereka lulus kuliah baru mereka akan bertindak terjun langsung dalam masyarakat. Pada kenyataannya peran mahasiswa sebagai kaum akademisi amat diperlukan untuk menggerakkan roda penggerak kemajuan bangsa.

Di negeri kita, peran serta mahasiswa sangat diharapkan untuk membantu masyarakat, menularkan ilmunya sekaligus wujud aplikasi ilmu yang dipelajari di bangku kuliah. Jika kita menggunakan teori memori, masa saat mahasiswa turun langsung inilah masa emas karena ilmu yang mereka terima langsung bisa diaplikasikan tanpa membuang waktu yang justru mungkin akan mengikis ingatan tentang ilmu yang mereka dapatkan di perkuliahan.

Saat ini saya berada di dunia perkuliahan, sepertinya saya merasa berada di antara dua kutub yang berlainan. Di satu sisi, saya bertemu dengan kelompok mahasiswa yang aktif dalam dunia perkuliahannya sehingga disibukkan dengan membaca buku-buku tebal yang menyita tenaga jika kita membawanya. Atau juga ada kelompok mahasiswa lain yang sibuk dalam kegiatan amal terjun langsung ke masyarakat. Namun, masalahnya, kelompok kedua ini terkadang mengabaikan dunia perkuliahan sehingga kapasitas keilmuannya menjadi kurang yang tentunya sangat disayangkan jika berbagi ilmu yang tidak lengkap kepada masyarakat yang haus akan ilmu.

Kelompok ketiga adalah kelompok mahasiswa yang menurut saya sangat memprihatinkan. Mereka tidak berada pada salah satu dari kedua kutub di atas. Mereka malah disibukkan dengan hal remeh temeh sekedar mencari pacar saat kuliah atau mengisi waktu luang dan sebagainya. Sangat miris tentunya jika kita melihat kondisi seperti ini. Padahal, harapan besar berada di pundak para mahasiswa, namun justru mahasiswanya menghabiskan waktu dengan hal-hal yang membuang waktu dan tidak mendatangkan manfaat.

Sebagai mahasiswa yang menuntut ilmu tentu kita harus senantias ingat apa sebenarnya tujuan kita berada di kampus. Tujuan kita adalah menuntut ilmu, menuntut ilmu yang nantinya akan kita bagi dengan orang di sekeliling kita. Mahasiswa perantauan khususnya, tentu mereka telah berangkat dengan tanggung jawab besar untuk menuntut ilmu yang bisa membawa manfaat bagi daerahnya kelak. Jika kita mengingat bagaimana langkah awal kita menjejakkan kaki di kampus dan meninggalkan rumah, adakah kita rasakan tanggung jawab yang ada di pundak kita? Tanggung jawab untuk menuntut ilmu, menuntut ilmu yang tidak semata-mata menuntut ilmu untuk kebutuhanmu.

Wahai mahasiswa tuntutlah ilmu untuk dirimu dan orang-orang yang berada di sekitarmu. Tuntutlah ilmu yang membawa manfaat untukmu dan membawa manfaat besar bagi lingkunganmu, yang telah menaruh harapan besar di pundakmu. Harapan besar untuk membawa kemajuan bagi lingkungan di sekitarmu, dan lebih dari itu, membawa kemajuan di mana engkau dilahirkan. Tanah Air Indonesia…

Mohammad Fauzi Setiawan
Mahasiswa Psikologi
Univeristas Airlangga
Peserta PPSDMS Reg 4 Surabaya

(rfa)(//rhs)

Share

Berita Terkait: opini kampus




PERJUANGAN MAHASISWA ADALAH PERJUANGAN BERSAMA RAKYAT

Sejak menjelang Sidang Umum MPR hingga saat ini media-media massa di dalam negeri maupun di luar negeri tampak bersemangat untuk meliput aksi demonstrasi yang akhir-akhir ini banyak muncul ke permukaan. Keseluruhan aksi-aksi tersebut pada intinya menuntut untuk diadakannya perubahan. Kondisi bangsa saat ini dinilai oleh banyak orang sebagai moment yang tepat untuk menggolkan hal tersebut.

Krisis ekonomi yang dimulai sejak tahun lalu telah memberikan dampak dalam segala lini kehidupan bangsa seperti ekonomi, politik, pendidikan, hukum, kebudayaan. Hal ini tentu saja dengan sendirinya semakin memperlihatkan bahwa sistem yang diterapkan oleh negara kita dalam menjalankan roda kehidupannya sangat rapuh. Sehingga sudah umum dan banyak orang yang saat ini meneriakkan reformasi total. IMF pun meminta Indonesia untuk melakukan reformasi. Dan reformasi memang harus dilakukan. Tapi ke arah mana reformasi itu harus dilakukan?

Perbaikan dalam segala bidang kehidupan bangsa Indonesia harus dijamin oleh kepastian hukum. Sedangkan yang disebut hukum bagi bangsa Indonesia adalah hukum yang berkedaulatan rakyat, bukan hukum yang hanya menguntungkan dan menguatkan penguasa. Hal inilah yang belum dicapai oleh bangsa kita hingga saat ini. Oleh karena itu yang harus dilakukan oleh bangsa Indonesia saat ini adalah mengembalikan kedaulatan kepada rakyat, kedaulatan milik rakyat, kedaulatan rakyat. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah siapa dan bagaimana kedaulatan rakyat dapat dikembalikan ke tangan pemiliknya?

Mahasiswa sering disebut-sebut sebagai agen perubahan karena mahasiswa memiliki potensi intelektual untuk melakukan perubahan. Mahasiswa memiliki potensi untuk mengembalikan kedaulatan rakyat -kedaulatan mahasiswa karena mahasiswa merupakan bagian dari rakyat itu sendiri- .Tetapi kondisi yang menyedihkan selama 20 tahun melanda dunia kemahasiswaan Indonesia. Lewat pengebirian organisasi kemahasiswaan, mahasiswa dijauhkan dari rakyat, dijauhkan dari lingkungannya sendiri. Mahasiswa dikungkung dalam laboratorium, dalam kelas, dalam studio. Seperti yang pernah digambarkan oleh Ali Syariati bahwa perguruan tinggi seolah-olah berada dalam peti kaca. Dapat terlihat tetapi tidak tersentuh. Hal tersebut real terjadi saat ini. Indikasi yang paling gampang terlihat adalah ketika mahasiswa tidak mampu lagi berkomunikasi dengan rakyat. Bahasa-bahasa yang dikemukakan oleh mahasiswa adalah bahasa-bahasa kaum intelektual yang tidak dimengerti rakyat. Berapa persen rakyat yang mengerti istilah demokrasi, reformasi? Sehingga tidak perlu heran jika dalam Pasar Rakyat II ITB kemarin ada ibu-ibu yang mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada krisis moneter, karena ia tidak tahu apa itu krisis moneter. Dan ini merupakan bagian dari tanggung jawab mahasiswa! Hal ini merupakan cermin bagi mahasiswa bahwa sekarang adalah saatnya untuk kembali ke rakyat!

Dalam kondisi bangsa seperti ini, kesadaran untuk bergerak sudah muncul di mana-mana. Baik mahasiswa maupun rakyat. Semua orang ingin berteriak. Tetapi yang harus mahasiswa lakukan saat ini adalah membangun aliansi mahasiswa-rakyat. Karena aliansi ini adalah aliansi yang paling kuat. Aliansi ini harus dibangun sampai pada saatnya mahasiswa benar-benar melebur bersama rakyat.

Perjuangan masih sangat panjang. Tujuan tidak akan tercapai dengan gerakan-gerakan prematur yang dapat ditebas dengan sekali pukulan. Apa yang dibangun oleh kemahasiswaan ITB saat ini baru merupakan awal dari langkah panjang yang harus ditempuh. Pasar Rakyat, eksposure, musik kerakyatan baru merupakan langkah permulaan. Karena kemahasiswaan ITB ingin mengembalikan kedaulatan rakyat ke tangan pemiliknya, dan untuk itu kemahasiswaan ITB ingin berjuang bersama-sama rakyat. Perjuangan memang membutuhkan pengorbanan, baik fisik, mental, tenaga maupun kesabaran.. Keselamatan rakyat merupakan bagian dari tanggung jawab kita pula. Oleh karena itu kita tidak akan menempuh langkah-langkah konyol yang sia-sia, dan kita harus memiliki gambaran ke depan.(****)

From: Novi Ratnanoviasari
Sent: Selasa, 17 Maret 1998 19:08

From: Kabar dari PIJAR
e-mail: kdpnet@ACTIVIST.COM
Date: Sun, 22 Mar 1998 07:47:33 +0100 (MET)


No comments:

Post a Comment